Khasiat dan Manfaat

Kelezatan Kearifan Lokal Kota Solo dan Semarang

Solo dan Semarang, dua dari sekian puluh kota di Indonesia yang masih menyuguhkan kuliner dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing. Beragam masakan dengan kerifan lokal yang membuat pecinta masakan khususnya, ingin selalu mendatanginya.

Di pulau jawa, kedua kota ini termasuk dalam jajaran kota utama. Uniknya, meski sama-sama terletak di propinsi Jawa Tengah, dan jaraknya juga tidak terlalu jauh, akan tetapi kedua kota ini memiliki budaya dan kultur masyarakat yang berbeda.

Kekayaan Budaya Solo dan Semarang

Bila budaya dan interaksi sosial di kota Semarang sedikit banyak telah berpadu dengan budaya  masyarakat tionghoa, sedangkan budaya dan interaksi sosial di kota Solo justru masih sangat "Njawani", salah satunya kebiasaan wedangan (menikmati minuman hangat dimalam hari).

Tidak hanya itu, perbedaan budaya ini juga mempengaruhi keragaman kuliner di Solo dan Semarang. Contohnya, lumpia yang menjadi makanan khas kota Semarang. Citarasa lumpia ini merupakan perpaduan rasa tionghoa dan jawa.


Sementara citarasa makanan khas Solo, diantaranya nasi liwet dan tengkleng yang masih didominasi citarasa manis, yang merupakan ciri khas di Jawa Tengah pada umumnya.



Legenda Kuliner Sepenuh Hati

Meski memiliki sedikit perbedaan dalam citarasa makanan, untuk keistimewaan, kedua kota ini memiliki persamaan. Umumnya, masakan-masakan populer di Solo dan Semarang lahir dari para maestro kuliner yang telah berusia puluhan tahun. Beberapa diantaranya bahkan menggunakan resep warisan denga bahan baku terpilih yang masih dipertahankan hingga kini.

Selain itu, cara memasak makanan dan penyajian makanan pun tetap mempertahankan tradisi awal. Salah satu contohnya, nasi ayam ibu Wido dari Semarang yang telah berusia puluhan tahun. Sejak kali pertama berjualan hingga kini, Ibu Wido tetap menyajikan menu masakan nasi ini dalam bungkusan daun pisang yg di taruh dalam mangkuk besar.

Sementara di Pasar Gede, masyarakat Solo mengenal Timlo Sastro yang telah berdiri sejak tahun 1952. Meski sang pendiri, Sastrohardono telah meninggal dunia, tetapi para pewaris warung Timlo Sastro tetap mempertahankan cara memasak Timlo Sastro yang otentik, yaitu menggunakan anglo. Sebagaimana kebanyakan warung-warung masakan di Solo.

Solo dan Semarang masih memiliki beragam makanan dan sajian lain yang akan membuat anda terkesan. Seluruh masakan ini istemewa karena diolah dengan dedikasi dan kesungguhan hati para penjualnya, baik dri resep, cara memasak, bahan baku, maupun cara penyajiannya.

No comments:

Post a Comment